Kamis, 23 Juni 2016

Delman yang tersesat (Andong Kesasar)


Di Desa  Boto masih banyak orang yang mempunyai Delman. Rodanya hanya terbuat dari kayu dialasai karet Roda mobil bekas, sapipenarik delmanya dipelihara dengan baik dan terawat supaya kuat menarik delman muatan batu bata penuh. 
Cocok dengan nama desanya "Boto" hampir setiap rumah mata pencarian yaitu pengrajin batu bata. Kualitas batu batanya sudah terkenal, karena dibakar dengan kayu sehingga berkualitas bagus.
Pak Sali dibantu anaknya Sapari mengerjakan pembuatan batu bata, untuk mencukupi kebutuhan kayu mencarinya sampai ke desa sebelah yaitu desa Candhi. Pada suatu hari Pak Sali dan Sapari berangkat ke desa Candhi untuk menebang pohon trembesi. 
Harga pohon trembesi sudah sesuai dengan pemilik pohonya. Untuk itu Pak Sali membawa Parang yang besar dan parang yang kecil. Parang yang besar untuk membelah kayu, sedang parang yang kecil untuk memotong kayu kecil, begitu juga gergaji sudah disiapkan.
Hampir Setengah hari penuh Pak Sali dan Sapari memotong pohon trembesi yang besar di desa Candhi. Setelah selesai memotong, mereka berdua kemudian istirahat di warung desa untuk makan dan minum.
Sapari orangnya masih bujang, dasar watak anak bujang setiap ada cewek cantik matanya pasti jelalatan. Kebetulan yang jualan di warung tersebut cewek cantik.
"Ibu nya kemana dik kok sendirian melayani di warung?" tanya Sapari membuka percakapan.
"Ibu lagi pergi ke kota mas, katanya mau kulakan di pasar" jawab cewek penjual warung
"Jam segini kok belum datang" 
"Gak tau mas padahal tadi sudah saya ingatkan, kalau kulakan gak usah banyak banyak. lagipula warung kita juga akan kena gusuran sebentar lagi" 
“Kena gusur, apa gak dapat ganti rugi to dik?" tanya Pak Sali ikut heran
"Belum tau pak katanya orang orang yang jajan kesini mau dibangun Dolog"
"Dolog itu apa to dik?"
"Kurang tau saya, tapi katanya orang orang itu Dolog itu GudangBeras" 
"Yang kena gusur dapat ganti rugi donk' tanya sapari bersemangat 
"Ya dapat mas tapi gak seberapa kok ganti ruginya, cuma warung kecil kecilan seperti ini aja" 
"Namamu siapa toh dik?" tanya Sapari bersemangat sambil makan....."Aku?" kelihatan cewek penjual warusng tersebut senang diajak kenalan.
 "Namaku Warsini, kalau mas namanya siapa?" 
"Kenalkan, aku Sapari, ini bapaku Pak Sali. Pekerjaanku ya begini dik, membuat batu bata. ini baru saja selesai menebang pohon trembesi pinggir sawah sebelah timur sana untuk membakar batu bata"
"Pesenanya banyak mas?" 
"Ya lumayan mumpung musim kemarau dik, saat yang tepat membuat batu bata dan banyak orang yang membangun rumah" 
"Tapi kalau musim Hujan harganya naik to  mas?" 
"Iya tapi biasanya sepi yang pada pesan batu bata"
Setelah beristirahat sebentar pak Sali mengajak pulang Sapari. Kayu kayu yang sudah dirapikan di pinggir jalan dinaikan ke atas delman, karena muatanya terbatas sebagian ditinggal nanti akan diangkut lagi. 

Kayu yang masih utuh gelondongan masih banyak, besok besok akan dikerjakan lagi dipotong potong. Begitu sampai beberapa hari seterusnya Pak Sali dan Sapari sampai habis kayunya. Tidak lupa ketika istirahat makan dan minum pasti selalu mampir ke warungnya Warsini. Lama kelamaan Sapari semakin berani menggoda bercanda dengan Warsini. Ketika waktu sudah sore, malam jumat kliwon, Sapari disuruh bapaknya mengambil kayu yang terakhir. Meskipun sampai malam, kayu kayu itu harus sudah selesai diambil, karena menurut hitungan sesepuh desa, waktu yang tepat dan bagus untuk memulai membakar batu bata adalah besok jumat.


Walaupun masih capek Sapari berangkat tapi Pak Sali tidak ikut membantu karena kecapekan. Akhirnya Sapari berangkat sendiri. Misalnya nanti kerepotan Sapari disuruhbapaknya untuk mencari kuli membantu mengangkut kayu. Sore itu Sapari berangkat sendiri tidak membawa kuli. Sampai malam Sapari menaikan kayu ke delman. Setelah selesai pekerjaan Sapari bermaksud mampir ke warung Warsini. Tetapi warungnya tutu, terpaksa Sapari pulang dengan kecewa karena tidak bisa ketemu Warsini.


Sampai dekat kuburan desa Candhi, bulu kuduk Sapari merinding, karena kuburan desa Candhi terkenal Angker. Apalagi malam itu tidak bulan purnama sehingga semakin pekat malam, ditambah lagi adalah malam jumat kliwon.


Sapari menyalakan rokok mengusir sepi, tapi kok rasa rokoknya tidak enak. Sambil merokok Sapari melamun.....

"Ah Warsini memang manis, walaupun cantiknya gak seberapa, tapi hatiku sudah mantab, Warsini pilihanku" begitu bathin Sapari dalam lamunan.
Tekan sacedhake kuburan Patian, githoke Sapari mrinding. Jalaran kuburan Patian kono terkenal angkere. Apamaneh wengi iku pinuju petengan, ora ana rembulan. Ketambahan malem Jemuah Kliwon pisan. Kemudian Sapari mengingat kembali ketika terakhir kemarinbercanda dengan Warsini.
"Dik sudah punya pacar apa belum?"
"Punya apa to mas" jawab warsini sambil mencubit lengan Sapari. Waktu itu pak Sali sedang tiduran di depan warung, mungkin sengaja memberi kesempatan anaknya untuk pacaran.
"Mau dilamar to mas?" jawab Warsini manja sambil bersandar di bahu Sapari 
"Beneran kok dik, rasanya hatiku sudah mantab, gak tau setiap dekat denganmu rasanya damai begitu" 
"Dipikir yang matang mas,nanti kalau kecewa belakangnya, aku anaknya orang gak punya, tidak cantik dan tidak kaya. Yang kamu senengi apanya mas?"
"Orang berjodoh itu yang penting cocoknya di hati dik, tidakmemandang harta kaya atau miskin. Cuma aku minta kemauanmu,mau atau tidak aku lamar"
Ketika itu Warsini hanya menunduk tidakmemberikan jawaba, setelah ditanya terus  kemudian menjawab....
"Kalau mas memang mantab sama aku, aku juga gak keberatan mas"
Hati Sapari terasa bahagia.   
Tiba tiba bulu kuduk Sapari kembali merinding. MAlah ditambahlagi mencium bau kembang Kenanga lengkap dengan daun Sirih. Kemudian Sapari teringat pesan Kyai Salam, kalau sewaktu waktu mencium bau menyan, daun sirih atau bulu kuduk merinding disuruh memegan pusarnya pakai jempol kiri sambil mengucap...."Salamu'alaikum kiftahu roh khalifi, assalamu'alaikuni kiftahu billa roh" 
Tidak lama kemudian tampak di depan Sapari bayangan remang remang, seperti sosok wanita cantik di pinggir jalan ada tumpukanbarang barang, seperti orang yang mau pindahan. 
"Mas!!ini sepertinya mas Sapari ya?" Sapari mendengar suara, dia ingat itu suaranya Warsini
"Lho!!dik warsini, kamu kenapa disini?
"Ibu saya ngajak pindah mas. ini tadi aku lagi mencegat kendaraan, tidak ada truk atau mobil yang mau berhenti mas"
"Lha ini  kok disini, mau pindah kemana to dik?"
"Tadi aku pindahan pakai Mobil bak terbuka punya Pak Lurah, tapi sopirnya tidak mau ngantar sampai tujuan, katanya jalanya jelek. Padahal tinggal sebentar kok mas. Sampai tikungan itu terus ke kanan"
"O...pindah ke desa Patian to dik?"
"Iya mas, aku ditolongin dong masaku dianter ya?sudah malam, nanti ditunggu ibu di rumah,kemana kok sampai malam belum sampai.
"Lha ibukamu sekarang dimana?"
"Ibu Sudah berangkat siang tadi mas, membawa sebagian barang barang kemudian aku disuruh belakangan nyusul"

"Aduuuh kasihan betul kamu dik" Sapari kemudian menaikan barang-barangnya warsini. Setelah selesai menaikan barang barang, Sapari membantu menaikan Warsini. Kesempatan....Tangan Sapari menjamah, Warsini cuma menjerit pelan....."Ah mas itu lho ah"

Sampai tikungan dekat jembatan, ada jalan belok ke kanan.  

Lampu penerangan kana kiri jalan lumayan membuat suasana tidak begitu gelap pekat. Malahan sebelah Selatan jalan dari kejauhan tampak seperti sedang punya hajat. "Nanti bermalam di rumahku saja ya mas?" warsini menaari Sapari
“Ah, sungkan aku! belum jadi suamimu kok aku disuruh menginap di rumah anak gadis orang lain”
“Siapa yang kamu sungkani mas? Kalau ada tetangga yang tanya, nanti aku bilang kalau mas saudara masih keluarga, nanti  juga tetangga paham dan mengertim sambil lihat gamelan gending gending kebetulan ada yang punya hajat mas"
Akhirnya Sapari menginap di rumah Warsini, hampir semalam suntuk memadu kasih dengan warsini. Ditambah alunan suara gamelan semakin menambah bahagianya hati sapari, semakin bertambah nafsu memadu kasih.
Sapari ketiduran karena kecapekan. Paginya lamat lamat masih terdengar suara gamelah yang ditanggap tetangga yang sedang punya hajat. Sapari masih enak enak meneruskan tidurnya sambil menikmati alunan gamelan. Lagipula suara sindenya tidak kalah dengan suara Sunyahni sinden terkenal.

Tidak lama alunan gamelan hilang, ganti terdengar suara orang ribut di sekitar kanan kiri delman Sapari yang ditaruh depan rumah Warsini. Sapari membuka mata lebar lebar!! ternyata yang terlihat dia ada di tengah kuburan desa Candhi....

Orang orang yang lagi ribut tadi tanpa menunggu perintah kemudian melepas roda delman dan menuntun sapinya keluar dari kuburan.
Sapari bergegas keluar dari kuburan, anehnya bagaimana ketika delman masuk kuburan tidak menyenggol apalagi merobohkan Patok (nisan). 
Seminggu setelah peristiwa itu Sapari ketemu Warsini di pasar. Sapari disapa tetapi malah lari tunggang langgang meninggalkan Warsini yag kecewa. Ibunya Warsini tau bahwa ada yang berubah dan kecewanya warsini terlihat dari gelagat anaknya. Setelah ditanya Ibunya barulah Warsini mengaku kalau sudah dibuat kecewa oleh Sapari. Sapari dianggap ingkar janji, lupa akan omongan dan janji yang akan melamar warsini. Ibunya bergegas melabrak ke rumah Sapari meminta kejelasan Sapari.
Sapari kaget, kemudian menceritakan pengalamanya hingga sampai tersesat masuk kuburan desa Candhi. Ibunya warsini terkejut mendengar cerita Sapari, lalu disampaikan kepada anaknya Warsini. Adapun Sapari lari ketika ketemu di pasar karena masih takut, jangan jangan ketemu lagi sama hantu.
“E, kok bisanya hantu itu nyamar mirip persis kamu nduk”
“Kalau begitu mas Sapari gak salah ya mak”
Tak lama kemudian , Sapari dadi pengantin bersanding dengan Warsini.

6 komentar:

  1. maaf, ini diambil dari panjebar semanggat edisi berapa dan tanggal berapa ya? saya sangat membutuhkan jawabannya. terimakasih.

    BalasHapus
  2. ternyata hantu bs jg nimbrung2.. cakep kisahnya. jd pengin main ke desa itu

    BalasHapus
  3. Kok mirip tulisan ku di fb
    Yang judulnya cikar kesasar

    BalasHapus